Satu bulan sudah berlalu. Masih saja
gue belum mendengar kabar terbaru tentang dia. Bukan maksud gue kepo*, tapi
sungguh gue pengen tahu tentang dia. Kamu tahu kan selama ini kita nggak pernah
bisa lepas dari yang namanya whatsapp, telepon dan juga sms-an. Gue
tahu, gue sibuk begitu juga dengan kamu. Kamu bilang dalam satu bulan
mendatang, kamu bakalan sibuk banget dan gue harus mengetahui tentang itu. Kita
memang tidak memiliki hubungan yang spesifik atau lebih tepatnya saling
memiliki. Namun, gue dan kamu itu seperti sahabat dan bahkan lebih dari sahabat
tanpa ada ikatan apapun. Gue sibuk dengan urusan marketing di perusahaan provider
dan kamu sibuk menjadi teknisi di perusahaan minuman yang selalu
berpindah-pindah.
Selama bertahun-tahun kita dekat, gue
tahu kamu, begitupun sebaliknya. Bertukar pikiran mengenai pekerjaan bahkan
urusan pribadi. Rasanya nggak ada rasa canggung diantara kita. Semenjak
memutuskan untuk fokus, semenjak itu komunikasi kita mulai memudar. Ngga ada
kata sempat untuk membalas sms, memiss call balik dan juga mereply
whatsapp. Biasanya setiap hari whatsapp itu nggak pernah berhenti
sampai malam hari dan menutup percakapan dengan “good nite” and “sleep tight”.
“Selamat malam, aska. Good nite”
“Gue lagi di Jakarta, ada beberapa
urusan yang harus gue kerjakan. Loe lg ngapain?”
“Nyantai aja, nonton dvd yang lanjutan
dari film yang kita nonton waktu itu”.
“Hahaha, akhirnya beli juga. Selamat
nonton deh ya. Lusa gue bakal ke Kalimantan buat nyelesain proyek disana, nggak
tahu kapan balik ke Bogor”.
“Oke deh, kabar-kabari gue ya. Jangan
lupa oleh-olehnya, ha ha.”
Percakapan itu selalu berakhir dengan good nite. Mungkin
bagi sebagian besar orang, itu sih kata-kata yang biasa banget diucapkan, tapi
bagi gue itu sih lebih dari biasa aja. Biasanya saat gue sampai kantor atau
sebelum meeting whatsapp gue munculin pesan dari Dean biasa gue
memanggilnya, hello good morning and
good luck. Nah, belakangan ini gue kehilangan itu. Sebenernya gue sendiri
nggak ngerti tentang apa yang gue rasain saat ini. Gue nggak jatuh cinta sama
dia, nggak menaruh hati tapi gue cuma berharap gue dan dia baik-baik saja. Gue
nyaman sama dia bukan hanya karena dia memang dua tahun lebih tua dari gue,
tapi dia itu care about me. Dan yang nggak bisa lepas dari pandangannya
itu adalah his smile, dia itu punya lesung pipit sebelah kanan. Ya
ampun, sebiasa-biasanya lelaki tetep aja lesung pipit itu menambah kegantengan
tersendiri.
Waktu
itu dia pernah sms gue.
“Eh, gue
di Kalimantan nih. Gile panas banget. Selamat bekerja ya”.
Gue waktu itu nggak sempet bales sampe akhirnya gue lupa
bales smsnya dia. Hanya sebatas gue tahu dia dimana dan dia ngabarin ke gue
lebih dari cukup. Setiap pagi dia message gue, lagi-lagi gue hectic sama
kerjaan gue. Suatu hari gue Cuma bales,
“hello,
lagi banyak kerjaan banget. Need some vacation after this”
Dan dia Cuma bales “someday”.
Semenjak hari itu dan berhari-hari berlalu gue nggak
pernah lagi dapet kabar tentang dia. Hanya memantaunya lewat social media yang
memang saling follow. Gue berharap suatu saat kembali suasana itu
kembali terjalin. Menjalin hubungan baik selama bertahun-tahun itu nggak
gampang dan tahukan jika hubungan itu diantara laki-laki dan juga perempuan.
Sekuat apapun menjalin dengan baik, diantara keduanya ada menaruh hatinya. Kita
nggak pernah tahu dan yakin. Suatu waktu gue berdoa kepada Tuhan.
“Ya Tuhan seandainya gue masih lama di
dunia ini dan gue harus memilih jodoh gue. Dekatkanlah gue dan dia selalu. Jika
engkau memilihkan yang lain, jangan biarkan kami berpisah jarak dan jangan
biarkan kami saling jatuh cinta.”
Sejak saat itu gue berpikir, gue nggak pernah berdoa
untuk meminta dia menjauh dari gue, tapi kita tidak memiliki intensitas waktu
yang banyak seperti dulu. Atau mungkin
dia meminta kepada Sang Kuasa dengan doa yang berbeda? Entahlah hanya dia dan
Tuhan yang saling mengetahui.
***
Berbulan-bulan berlalu, hanya sebatas itu saja entah
karena memang sudah tidak respect atau memang sibuk gue tetep masih
nggak mengerti. Sampai saat ini gue dan dia sama-sama menyimpan rasa saling
jatuh cinta dan nggak ada satupun diantara orang terdekat kami yang
mengetahuinya.
Tepat
bulan ini gue harus meninggalkan Indonesia, dua hari lagi gue bakal terbang ke Canberra.
Gue belum ngabarin keputusan ini ke Dean. Semenjak hubungan ini merenggang, gue
nggak mau banyak lagi melukis di kanvas yang sama dengan dia. Gue memilih untuk
memberitahukannya satu hari sebelum keberangkatan gue. Gue memilih Canberra selain karena pekerjaan,
biar deket dengan Indonesia, seandainya gue harus ngeliat dia kan lebih deket
ha ha.
“Hello Dean, sorry gue ngabarin kamu
mendadak. Besok lusa gue bakal ninggalin Indonesia, gue harus pergi ke Canberra.
Aku nggak pernah tahu apa gue bakal kembali atau bakal menetap disana. Gue
berangkat penerbangan sore dari Jakarta. Sebenarnya gue pengen ketemu deh sama
loe, kangen-kangenan, jalan-jalan bareng, nonton bareng dan ketawa-ketawa lagi
bareng loe. Kerjaan ini bikin kita gila ya.. haha.. But, next time kali ya.
Kabarin loe ya kalau kamu mau ke sana. Anytime gue ada buat loe. Good Nite and
Selalu semangat ya”
Itu yang gue tulis di sebuah pesan singkat dan whatsapp
ke Dean. Gue nggak berharap dia membalas semuanya. Setidaknya dia tahu gue
mau kemana dan ada dimana saat dia butuhin gue. Gue Cuma nunggu takdir dari
Tuhan aja, karena gue selalu berdoa agar Tuhan tidak menjauhkan kami dan tetap
menjadi seperti dulu. Rasanya memang seperti sinetron yang kejar-kejaran
mendapatkan kepastian, apa gue jatuh cinta atau nggak dan apakah dia jatuh
cinta atau nggak.
***
Kepergian gue ke Canberra itu seberat gue merindukan atas
apa yang gue dan dia jalanin selama ini, tanpa ikatan tanpa kepastian. Tapi gue
yakin suatu saat semua ini terjawab. Gue seorang marketing yang selalu
jadi tepuk tangan peserta meeting saat gue presentasi tentang
produk-produk yang gue tawarkan, tapi gue nggak sanggup kalau harus presentasi
tentang hati gue ke dia. Seperti itu juga dia, seorang yang teknisi yang
mungkin juga nggak mampu mengetahui seberapa dalam kerusakaan atau gangguan
yang terjadi dalam hatinya. Gue berusaha untuk tetap jadi gue yang selalu
menyenangkan di matanya.
“Aska, sorry gue baru sempet bales whatsapp
lo. Loe kenapa tiba-tiba harus pindah ke Canberra? Ada apa? Sorry kalau gue
terlalu sibuk sama kerjaan gue, maklum hhehe
0 coment�rios:
Posting Komentar
thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)